Minggu, 16 Januari 2011

Sayangi waktu


Waktu

Adil tuhan menganugerahkannya

Sama kita menerimanya

Berbeda penggunaannya

Aku kesini

Kamu kesana

Kamu kesini

Aku belum kesana

Lho, kenapa?

Waktu kita, bukannya sama?

Adakah kamu dapat lebih?

Kamu dapat dari mana?

Kenapa bisa kesana?

Kapan?

Aku…kapan?

Kamu sudah kesana lagi

Aku, masih disini

Bagaimana ini?

Kenapa seperti ini?

Mengapa?


Karna aku tak menyayangi waktuku..

Selasa, 04 Januari 2011

Belum Cukupkah Dua Puluh Tahun?

Renungan bertambahnya umur yang kutulis setahun yang lalu.

Belum cukupkah dua puluh tahun? Itu adalah pertanyaan yang akan segera menjadi penghias di dinding kamar ataupun di halaman-halaman buku agendaku. Sebuah pertanyaan yang sangat bermakna, bagiku. Saat ini dalam pikiranku, pertanyaan itu akan membangkitkan semangatku untuk terus bergerak tanpa ada lagi kata yang bernama malas. Semoga saja apa yang aku pikirkan ini benar-benar dapat terwujudkan dan tidak hanya jadi angan belaka.

Setiap orang punya kalimat atau quote yang berarti bagi dirinya, baik untuk penyemangat maupun untuk sekedar penyejuk hati. Dimulai dari orang sukses sampai kepada seorang siswa yang baru akan beranjak menjadi orang sukses. Dimulai dari kata-kata yang bermakna bagi dunia sampai kepada kata-kata yang mengandung makna cinta, tentu saja mengandung kalimat yang romantis. Misalnya saja bung Karno. Di dinding kamarnya ditulis “ berikan padaku 10 orang pemuda maka aku akan mendirikan sebuah bangsa” lebih kurang seprti itu karna aku lupa redaksi sebenarnya. Begitu juga dengan salah seorang temanku yang selalu menjadi jawara semasa MTsN dulu. Ia menuliskan kalimat penyemangatnya di facebook miliknya. Aku juga lupa susunan kalimat sebenarnya, hanya saja kalau tidak salah, maknanya adalah dia akan menjadi agen perubahan bagi bangsa ini meski seorang diri. Hari ini, temanku itu merupakan seorang mahasiswa dari perguruan tinggi ternama di tanah jawa, Universitas Gadjah Mada.

Belum cukupkah dua puluh tahun?

Sekarang saatnya bagiku untuk menjadi salah seorang mahasiswa yang akan menjadi agen perubahan bagi bangsa ku tercinta, Indonesia. Telah cukup dua puluh tahun aku menghabiskan umurku untuk sekedar menikmati hidup yang penuh dengan kemalasan. Telah cukup bagiku dua puluh tahun dalam umurku yang aku tidak tahu berapa tahun untuk sekedar berleha-leha menikmati dunia. Semena-mena menikmati umur, begitu kata Ryan, temanku di sastra inggris. Telah aku habiskan umurku dua puluh tahun untuk bermimpi dalam setiap tidurku yang panjang, setiap waktu setiap saat tanpa ada yang dapat aku hasilkan dari semua mimpi yang kadang indah kadang tidak itu. Telah aku habiskan waktuku selama dua puluh tahun untuk sekedar berangan-angan yang terkadang indah jika dituliskan menjadi sebuah cerpen atau novel tanpa ada satupun yang berhasil aku tuliskan. Telah cukup dua puluh tahun aku menjadi majikan bagi diriku sendiri, cita-citaku dan orang tuaku. Ya, aku melakukan apa yang aku mau bukan apa yang seharusnya aku lakukan. Tentu saja hal- hal yang aku lakukan itu hal-hal yang tidak ada hasilnya, padahal aku tahu aku bisa lakukan apa saja yang bermakna jika aku mau melakukannya.

Sekarang saatnya bagiku untuk menjadi budak bagi diriku sendiri. sekarang saatnya bagiku untuk mengabdikan diri pada kebenaran, bukan kemalasan. Sekarang saatnya bagiku untuk bangkit berdiri dan mau melakukan semua hal bermakna yang tentu saja aku bisa membuatnya lebih bermakna. Sekarang saatnya bagiku untuk bangun dari tidur panjangku dan mulai merajut mimpi yang selama ini ada menjadi nyata. Sekarang saatnya aku mulai menuliskan cerita dalam anganku yang selama ini tak berharga menjadi sebuah karya sastra. Sekarang saatnya aku mulai melahirkan mimpi-mimpi yang selama ini dikandung oleh agenda-agenda dan diaryku. Sekarang saatnya aku mengejar ketertinggalanku dan mendahului sahabat dan teman-temanku. Sekarang saatnya bagiku untuk berdiri dan bersiap untuk berlari mengejar garis finish, kehidupan masa depanku yan cerah secerah cahaya mentari di ufuk timur jendela kamarku.

Sekarang saatnya aku berkata, aku bisa!!!

bunuh M A L A S

Sudah lama sekali aku mulai menulis diary. Dulunya, mungkin masih sering merangkai kata yang tak seindah karya para pujangga. Sekarang, baik di diary maupun di sini, tidak ada lagi terungkai kata-kata yang berasal dari relung jiwa itu. Semua hal mempunyai akibat. Akibat dari tidak tersampaikannya unek-unek dan perasaan di dalam hati mungkin salah satunya adalah jerawat. Kata orang jerawat itu ada karena cinta terpendam. Kataku, jerawat ada karena isi hati yang terpendam. Isi hati itu tidak hanya berbentuk cinta, tapi juga ada marah, benci, suka, gembira, sedih, dan merana. Aku tahu pasti kenapa tidak ada lagi karya hati yang sempat kutuliskan. Tentu saja jawabannya Cuma 5 huruf. Bukan C I N T A tapi M A L A S. 

Malas, kata yang tak mungkin kuingkari keberadaannya yang masih selalu bersemayam di benakku. Walau sudah tak separah dulu lagi, tapi aku sadar aku masih berhubungan dengan kata berhuruf 5 itu. Sayang, aku sadar tapi aku tidak segera bangun dan bangkit meninggalkan kata itu. Padahal aku juga tahu pasti kata itu adalah inti dari semua permasalahan hidupku. Kata itu membuatku membuang-buang waktuku yang cukup banyak yang seharusnya aku isi dengan segala hal yang bermanfaat untuk akhirat dan duniaku. Kata itu juga membuatku menyia-nyiakan segala kesempatan yang datang menawariku segala kebaikan yang dapat aku petik untuk kehidupanku. Tapi aku berharap, aku bisa membunuh kata itu dan melahirkan serta membesarkan kesuksesan untuk kehidupanku di kampung akhirat dan di dunia yang fana ini.

Yaa Rabb… bantu hamba untuk bisa mengikuti jejak rasul dan para sahabat menjadi orang yang bertakwa kepadamu dan mengisi hari mereka dengan hal berguna, dan akhirnya izinkan hamba berkumpul dengan mereka di surga abadi nanti. Amien ya Rabb………